Showing posts with label kisah penuh hikmah. Show all posts
Showing posts with label kisah penuh hikmah. Show all posts

Agar Terhindar Dari Siksa Kubur

Agar Terhindar dari Siksa Kubur

Oleh: M. Yusuf Shandy, Lc
Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk selalu dibaca pada penghujung shalat adalah memohon agar dihindarkan dari azab kubur, yaitu;
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah, aku ber-lindung padaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah RA)
Amalan lainnya yang dapat dilakukan agar terhindar dari siksa kubur adalah dengan membaca Surat al-Mulk (Tabarakalladzi biyadihil mulk…), setiap malam.
عن عبد الله بن مسعود قال : من قرأ { تبارك الذي بيده الملك } كل ليلة منعه الله بها من عذاب القبر وكنا في عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم نسميها المانعة وإنها في كتاب الله سورة من قرأ بها في كل ليلة فقد أكثر وأطاب
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Siapa membaca ‘Tabarokalladzi bi yadihil mulk (surat Al Mulk)’, setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur. Kami di masa Rasulullah SAW menamakan surat tersebut dengan ‘al-Mani’ah’ (penghalang dari siksa kubur).  Dia adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Siapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.” (HR. An-Nasai dan Al-Hakim)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menceritakan, sekali waktu, ada sahabat Nabi SAW yang membuat kemah di atas sebuah lahan pemakaman, dia tidak mengira jika dia membangun kemahnya di pemakaman, tiba-tiba terdengar suara seseorang membaca surat Tabarakalladzi bi yadihil mulk (Surat al Mulk) sampai selesai.
Setelah kejadian itu, sahabat tersebut datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, aku mendirikan kemahku di atas kuburan dan saya tidak mengira jika tempat tersebut adalah kuburan, kemudian ada seseorang membaca surat Tabarak (surat Al Mulk) sampai selesai?”
Rasulullah SAW bersabda, “Dia (Surat al-Mulk) adalah penghalang, dia adalah penyelamat yang menyelamatkan (pembaca)-nya dari siksa kubur.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah SAW juga bersabda, “Ada suatu surat dari al qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu Tabaarakalladzii biyadihil mulku… (surat Al Mulk).” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Abu Hurairah ra).”
Karena keutamaannya itu pula, Rasulullah SAW selalu membaca surat ini sebelum tidur. Jabir RA, salah satu sahabat beliau menceritakan, “Rasulullah saw tidak tidur hingga beliau membaca Alif Lam Tanzil (Surat As Sajdah) dan Tabarakalladzi biyadihil mulk (Surat al Mulk).” (HR. Tirmidzi)
 @@@
  Berapa menit yang Anda butuhkan untuk membaca Surat al-Mulk yang terdiri dari 30 ayat? Bagi sebagian orang, untuk sampai khatam mungkin butuh waktu yang banyak, hingga puluhan menit lamanya. Namun, bagi yang bacaannya lancar, insya Allah hanya butuh waktu sekitar 10 menit.
Lebih dahsyat lagi bagi yang sudah menghapalkannya, selain membutuhkan waktu yang relative lebih pendek, dia bisa membaca surat al-Mulk kapan saja, dengan mudah, tanpa perlu membuka mushaf al-Quran, seperti setelah usai menunaikan shalat subuh, saat duduk menunggu masuknya waktu shalat, ingin berbaring, berada di atas bis kota, dan sebagainya.
Siapapun dapat menghapal surat yang tergolong pendek ini. Bagi orang yang punya waktu cukup lowong, insya Allah dia cuma butuh waktu selama beberapa jam untuk duduk lalu menghapalkannya. Namun, bagaimana dengan mereka yang sibuk kerja kantoran atau di pabrik, dan semacamnya? Insya Allah, mereka pun bisa menghapalnya, bila ada kemauan dan disiplin dalam membagi waktu. Misalnya, jika setiap hari kita menghapal tiga ayat saja, maka dalam jangka 10 hari, surat al Mulk sudah bisa dihapal. Dan jika ada yang bisa menghapal 5 ayat setiap hari, maka dalam jangka enam hari, surat al Mulk sudah di hapal.
Demikian, semoga bermanfaat. Semoga kita termasuk orang-orang gemar membaca ayat-ayat Allah SWT sehingga kita pun terhindar dari azab api neraka, serta mendapatkan syafaat al Quran pada hari kemudian nanti. Amin… wallahu A’lam


kisah aku dan ayahku


Ayahku Hebat

tokoh dalam kehidupan sehari-hari saya yang peling membuat saya kagum adalah ayah saya sendiri. Saya ingat semua kata-katanya yang bisa membuat suasana yang tidak nyaman menjadi senyaman mungkin. Hubungannya dengan orang-orang disekitar sangat baik dan tidak ada yang sehebat ayahku.
Aku ingat perkataannya yang sangat bijaksana yang kebanyakan orang tua sangat jarang mengatakannya “jangan sakiti hati wanita, dulu dia engkau rayu, dan sekarang dia engkau tinggalkan, perasaan itu sangat dalam. Jauhnya perjalanan bisa ditempuh, dalamnya air bisa di ukur, namun hati, dia adalah misteri suatu kehidupan, jika hati terlanjur sakit maka tak ada lagi nikmatnya kehidupan. Coba lihat disana banyak orang yang bunuh diri hanya karena hatinya tersakiti?? jangan pernah lakukan itu”.

Abu Bakar Asy Syiddiq.

Beliau radhiyallahu ‘anhu termasuk kalangan orang-orang shalih, sekaligus salah satu dari sahabat utama yang dekat dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, imam yang utama dari sejumlah sahabat yang lainnya.
Beliau telah menghabiskan hidup dan segenap jiwa raganya, harta kekayaannya serta waktunya untuk diinfakkan dan berjihad di jalan Allah. Termasuk memberikan pelayanan dalam dakwah dan penyampaian wahyu.

Dialah sahabat Abu Bakar yang nama lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah Al Qurasyi At Tamimi yang terkenal dengan sebutan Abu Bakar Asy Syiddiq.
Beliau sangat mudah mencucurkan air mata saat membaca Al Quran dalam shalatnya. Hal ini disebabkan karena banyaknya pengalaman hidup beliau bersama Al Quran. Sehingga beliau tidak mampu menahan perasaannya dari kejadian kejadian yang pernah dialaminya ketika membaca Al Quran.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “Mereka melalui Abu Bakar yang sedang shalat bersama dengan yang lainnya.” Aisyah menuturkan, Saya pun berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Wahai Rasulullah, sesungguhnyaAbu Bakar adalah seorang laki laki yang lembut hatinya, apabila telah membaca Al Quran beliau tidak mampu menahan cucuran air mata dari keduanya.” (HR Muslim)

Kisah Julaibib dan Pengantin Perempuan

Wanita shalihah adalah seorang wanita yang tahan memegang bara …
Jika datang perintah dari syariat kepada salah seorang mereka, dia taat, terima, dan tunduk. Dia tidak menyanggah, tidak membangkang, ataupun mencari alasan untuk tidak menerimanya.
Perhatikanlah cerita gadis suci nan mulia ini! Cerita tentang seorang pengantin wanita…

Meninggalkan Dusta, Diterima Kerja

Ada seorang pria berkebangsaan Eropa yang telah memeluk Islam. Dia adalah seorang muslim yang baik Islamnya, jujur dalam tindakannya dan bersemangat untuk menampakkan keIslamannya. Dia bangga dengan Islamnya di hadapan orang-orang kafir. Tidak ada perasaan minder, malu atau perasaan ragu. Bahkan, tanpa ada kesempatan terlewatkan dia selalu bersemangat untuk menampakkan keIslaman itu.

Suatu saat dia bercerita bahwa ada sebuah iklan lowongan kerja di sebuah instansi pemerintah yang kafir. Pria muslim yang bangga dengan Islamnya ini mengajukan lamaran untuk mendapat pekerjaan tersebut. Tentunya dia harus menjalani test wawancara. Selain dia banyak juga orang-orang yang ikut test ini. Saat tiba gilirannya untuk test wawancara, panitia khusus instansi ini mengajukan kepadanya beberapa pertanyaan. Di antara pertanyaan itu adalah, ‘Apakah Anda minum-minuman keras?’, dia jawab, ‘Tidak, saya tidak mengkonsumsi minuman keras karena saya orang Islam dan agama saya melarangnya’. Mereka bertanya lagi, ‘Apakah Anda memiliki teman kencan dan pacar?’, dia jawab, ‘Tidak, karena agama Islam yang saya peluk ini telah mengharamkannya. Saya hanya berhubungan dengan isteri yang telah saya nikahi sesuai dengan syariat Allah Ta`ala.’
Wawancara telah usai. Dia keluar dari ruang test, tetapi dia pesimis akan berhasil dalam persaingan ini. Ternyata -di luar dugaan- hasil akhir menyebutkan, semua pelamar -yang jumlahnya banyak itu- gagal, hanya dialah satu-satunya yang berhasil diterima. Kemudian dia pergi menemui ketua panitia test itu dan mengatakan, ‘Tadinya, saya menunggu pernyataan tidak diterima untuk pekerjaan ini, sebagai balasan atas perbedaan agama antara saya dan Anda, juga karena saya memeluk Islam. Saya terkejut bisa diterima untuk bergabung dengan rekan-rekan kristen di sini. Apa rahasia di balik itu?’. Ketua panitia menjawab, ‘Sebenarnya orang yang dicalonkan untuk pekerjaan ini, syaratnya harus orang yang selalu cekatan dan perhatian penuh dalam setiap keadaan, juga tidak teler. Sementara, orang yang mengkonsumsi minuman keras tidak mungkin bisa demikian. Kami memang mencari orang yang tidak mengkonsumsi minuman keras, dan Anda terpilih untuk pekerjaan ini karena Anda memenuhi syarat’.
Maka keluarlah dia dari ruangan seraya memuji dan bersyukur kepada Allah Ta`ala yang telah melimpahkan untuknya nikmat yang begitu besar sambil membaca firman Allah Ta`ala,Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah jadikan untuknya jalan keluar.” (Ath-Thalaq: 2).
Sumber: Kisah-Kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi`in, Orang-orang Dulu dan Sekarang, karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi, penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. (alsofwah.or.id)
Artikel www.KisahMuslim.com

perniagaan yang menguntungkan

Kita tahu bahwa para sahabat Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam adalah orang-orang yang telah membela dan banyak berkorban demi agama Islam yang agung ini. Mereka adalah sebaik-baik penolong untuk agama ini. Mereka juga sebaik-baik pejuang di jalannya. Hal ini terjadi pada mereka, karena mereka menjadikan ajaran Islam sebagai sebuah realita dalam perilaku mereka dan sebagai sesuatu yang begitu terasa berada dalam hati mereka. Hingga hal itu menjadi tabiat mereka dengan seikhlas-ikhlasnya dan berani membela agama ini walaupun harus membayar dengan harga yang mahal.

Islam mengajak mereka untuk hijrah. Dengan cepat mereka menyambut seruan itu; meninggalkan Makkah walau hati mereka penuh kerinduan kepadanya dan jiwa mereka dihiasi dengan kecintaan padanya. Mereka lebih mengutamakan aqidah dibanding tempat-tempat main mereka saat masih kanak-kanak, tempat yang penuh dengan kenangan indah.
Islam mengajak mereka untuk berjihad. Ternyata mereka adalah prajurit-prajurit tangguh yang tidak dihinggapi rasa takut. Mereka berhijrah karena Allah dan karena Rasul-Nya, dan mereka berhasil memberikan tauladan baik yang monumental dan indah dalam pengorbanan dan keimanan mereka yang sejati. Simaklah kisah berikut ini.
Ketika Shuhaib pergi menyusul Nabi shallallahu `alaihi wasallam untuk berhijrah, ada beberapa orang Quraisy yang membuntutinya. Mereka berkata pada Shuhaib: “Dulu kau datang pada kami dalam keadaan tidak punya apa-apa, kemudian kau hidup bersama kami dan mendapatkan harta yang banyak dan kau menjadi orang seperti sekarang ini. Tahu-tahu kau ingin keluar dengan membawa semua hartamu? Demi Allah, hal itu tidak akan pernah terjadi”. Lalu Shuhaib turun dari tunggangannya, dikeluarkannya anak panah dari tempatnya, seraya berkata: “Wahai kaum Quraisy, kalian sudah tahu bahwa aku termasuk orang paling pandai memanah di antara kalian. Demi Allah, kalian tidak akan menyentuhku kecuali akan aku bidik dengan semua anak panahku, kemudian aku akan menebas dengan pedangku ini selama dia berada di tanganku. Ayo lakukan apa yang kalian inginkan!” Akan tetapi Shuhaib setelah itu berkata: “Bagaimana bila aku tinggalkan semua hartaku untuk kalian, apakah kalian akan membiarkan aku pergi?” Mereka menjawab: “Ya.” Maka Shuhaib meninggalkan semua hartanya untuk mereka.
Dan ketika sampai ke hadapan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam di Madinah, beliau bersabda, “Telah beruntung perniagaanmu hai Abu Yahya. Telah beruntung perniagaanmu hai Abu Yahya.” Dan turunlah firman Allah Ta`ala, “Dan di antara manusia itu ada seseorang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.” (Al-Baqarah: 207).(H.R. Imam Ahmad, Bab Fadhailus Shahabah, 2/828 dan Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf, 11/52, Ibnu Abi Hatim, dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 2/195, Al-Hilyah 1/150.)
Sumber: Kisah-Kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi`in, Orang-orang Dulu dan Sekarang, karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi, penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. (alsofwah.or.id)
Artikel www.KisahMuslim.com

Kisah Penumpang Kapal Mesir “Salim Express” yang Tenggelam

Laki-laki ini telah Allah selamatkan dari tenggelam pada kecelakaan kapal, “Salim Express” menceritakan kisah istrinya yang tenggelam dalam perjalanan pulang dari menunaikan ibadah haji. Orang-orang berteriak-teriak “kapal akan tenggelam” maka aku pun berteriak kepada istriku …“ayo cepat keluar!”
Dia pun berkata, “Demi Allah aku tidak akan keluar sampai aku memakai hijabku dengan sempurna.”
Suaminya pun berkata,” inikah waktu utk memakai hijab??? Cepat keluar! Kita akan mati”.
Dia pun berkata, “Demi Allah aku tidak akan keluar kecuali jika telah kukenakan hijabku dengan sempurna, seandainya aku mati aku pun akan bertemu Allah dalam keadaan mentaati-Nya”. Maka dia pun memakai hijabnya dan keluar bersama suaminya, maka ketika semuanya hampir tenggelam, dia memegang suaminya dan berkata, “Aku minta engkau bersumpah dengan nama Allah, apakah engkau ridho terhadapku?” Suaminya pun menangis. Sang istripun berkata, ”Aku ingin mendengarnya.” Maka Suaminya Menjawab, “Demi Allah aku ridho terhadapmu.” Maka wanita tersebut pun menangis dan berucap ”Asyhadu allaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah” senantiasa dia ulangi syahadat tersebut sampai tenggelam.
Suaminya pun menangis dan berkata, “Aku berharap kepada Allah agar mengumpulkan aku dan dia di surga”
Penulis: Ustadz Firanda Andirja, Lc., M.A.
Artikel www.KisahMuslim.com

Menghembuskan Nafas Terakhir Ketika Shalat Berjamaah dalam Keadaan Sakaratul Maut

Kisah Aamir bin Abdillah Az-Zubair
Mush’ab bin Abdillah bercerita tentang ‘Aamir bin Abdillah bin Zubair yang dalam keadaan sakit parah,
سمع عامر المؤذن وهو يجود بنفسه فقال: خذوا بيدي إلى المسجد، فقيل: إنك عليل فقال: أسمع داعي الله فلا أجيبه فأخذوا بيده فدخل مع الإمام في صلاة المغرب فركع مع الإمام ركعة ثم مات
‘Aaamir bin Abdillah mendengar muadzin mengumandangkan adzan untuk shalat Maghrib, padahal ia dalam kondisi sakaratul maut pada nafas-nafas terakhir, maka iapun berkata, “Pegang tanganku ke mesjid…!!” Merekapun berkata, “Engkau dalam kondisi sakit !” Diapun berkata,”Aku mendengar muadzin mengumandangkan adzan sedangkan aku tidak menjawab (panggilan)nya? Pegang tanganku…!” Maka merekapun memapahnya, lalu iapun shalat Maghrib bersama imam berjamaah, diapun shalat satu rakaat, kemudian meninggal dunia. (Lihat Taariikh Al-Islaam 8/142)
Inilah kondisi seorang alim yang senantiasa mengisi kehidupannya dengan beribadah sesegera mungkin… bahkan dalam kondisi sekarat tetap ingin segera bisa sholat berjama’ah…. Bandingkanlah dengan kondisi sebagian kita… yang tatkala dikumadangkan adzan maka hatinya berbisik : “Iqomat masih lama…., entar lagi aja baru ke mesjid…, biasanya juga imamnya telat ko’…, selesaikan dulu pekerjaanmu.. tanggung…”, dan bisikan-bisikan yang lain yang merupakan tiupan yang dihembuskan oleh Iblis dalam hatinya.
Penulis: Ustadz Firanda Andirja, Lc., M.A.
Artikel www.KisahMuslim.com

Kisah Khalifah Abdul Malik bin Marwaan



Tatkala ajal menjemput Khalifah Abdul Malik bin Marwaan maka iapun memerintahkan untuk dibukakan pintu istana, tiba-tiba ada seorang penjaga istana yang sedang mengeringkan bajunya di atas batu, maka iapun berkata, “Siapa ini?”, maka mereka menjawab, “Seorang penjaga istana”. Maka iapun berkata, “Seandainya aku adalah seorang penjaga istana…”. Ia juga berkata, “Seandainya aku adalah budak milik seorang yang tinggal di pegunungan Tihaamah, lantas akupun menggembalakan kambing di pegunungan tersebut”.

Di antara perkataan terakhir yang diucapkannya adalah,
اللَّهُمَّ إِنْ تَغْفِرْ تَغْفِرْ جَمًّا، لَيْتَنِي كُنْتُ غَسَّالاً أَعِيْشُ بِمَا أَكْتَسِبُ يَوْماً بِيَوْمٍ
“Yaa Allah, jika engkau mengampuniku, maka berilah pengampunan-Mu yang luas, seandainya aku hanyalah seorang tukang cuci, aku hidup dari hasil penghasilanku sehari untuk kehidupan sehari”
Dan diriwayatkan bahwsanya tatkala Khalifah Abdul Malik bin Marwan sakit parah maka iapun berkata, “Keluarkanlah aku di beranda istana…”, kemudian ia melihat megahnya kekuasaannya lalu iapun berkata, يَا دُنْيَا مَا أَطْيَبَكِ أَنَّ طَوِيْلَكِ لَقَصِيْرٌ وَأَنَّ كَبِيْرَكِ لَحَقِيْرٌ وَأَنْ كُنَّا مِنْكِ لَفِي غُرُوْرٍ “Wahai dunia sungguh indah engkau…, ternyata lamanya waktumu sangatlah singkat, kebesaranmu sungguh merupakan kehinaan, dan kami ternyata telah terpedaya olehmu”. Lalu iapun mengucapkan dua bait berikut ini,
إِنْ تُنَاقِشْ يَكُنْ نِقَاشُكَ يَارَبَّ عَذَابًا لاَ طَوْقَ لِي بِالْعَذَابِ
Jika engkau menyidangku wahai Rabb-ku, maka persidangan-Mu itu merupakan sebuah adzab yang tidak mampu aku hadapi
أَوْ تَجَاوَزْتَ فَأَنْتَ رَبٌّ صَفُوْحٌ عَنْ مُسِيْءٍ ذُنُوْبَهُ كَالتُّرَابِ
Atau jika engkau memaafkan aku maka engkau adalah Tuhan Yang Maha Memaafkan dosa-dosa seorang hamba yang bersalah”
(Lihat Mukhtashor Taariikh Dimasyq 5/88-89 dan Al-Kaamil fi At-Taariikh 4/238-239)
Penulis: Ustadz Firanda Andirja, Lc., M.A.
Artikel www.KisahMuslim.com

janji bertemu di surga

Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amr An-Nakha’i, ia berkata, “Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia kuat beribadah dan sangat rajin. Suatu saat dia mampir berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’. Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata, si wanita cantik ini pun begitu juga padanya. Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang melamarnya dari ayahnya. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dijodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar.

Si wanita -akhirnya- mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, ‘Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku’.
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, ‘Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, ”Sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabb-ku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar.” (Yunus: 15). Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.’
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertakwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus dan kurus menahan perasaan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan si pemuda itu seringkali berziarah ke kuburannya, dia menangis dan mendo’akannya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?”
Dia menjawab, “Sebaik-baik cinta -wahai orang yang bertanya- adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat menggiring menuju kebaikan”.
Pemuda itu bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?”
Dia jawab, “Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”
Pemuda itu berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.”
Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah Ta`ala) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.”
Sumber: Kisah-Kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi`in, Orang-orang Dulu dan Sekarang, karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi, penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc. (alsofwah.or.id)
Artikel www.KisahMuslim.com

istriku aku mencintaimu

Kendati dirinya telah keliling dunia, bahkan hampir tidak ada negara baru di dalam peta, dan terlalu sering naik pesawat terbang sehingga seperti naik mobil biasa, namun istrinya belum pernah naik pesawat terbang kecuali pada malam itu. Hal itu terjadi setelah 20 tahun pernikahan mereka. Dari mana? Dan kemana? Dari Dahran ke Riyadh. Dengan siapa? Dengan adiknya yang orang desa dan bersahaja yang merasa dirinya harus menyenangkan hati kakaknya dengan semampunya. Ia membawa wanita itu dengan mobil bututnya dari Riyadh menuju Dammam. Pada waktu pulang, wanita itu berharap kepadanya agar ia naik pesawat terbang. Wanita itu ingin naik pesawat terbang sebelum meninggal. Ia ingin naik pesawat terbang yang selalu dinaiki Khalid, suaminya, dan yang ia lihat di langit dan di televisi.

Sang adik mengabulkan keinginannya dan membeli tiket untuknya. Ia menyertakan putranya sebagai mahramnya. Sementara ia pulang sendirian dengan mobil sambil diguncang oleh perasaan dan mobilnya.
Malam itu Sarah tidak tidur, melainkan bercerita kepada suaminya, Khalid, selama satu jam tentang pesawat terbang. Ia bercerita tentang pintu masuknya, tempat duduknya, penerangannya, kemegahannya, hidangannya, dan bagaimana pesawat itu terbang di udara. Terbang!! Ia bercerita sambil tercengang. Seolah-olah ia baru datang dari planet lain. Tercengang, terkesima, dan berbinar-binar. Sementara suaminya memandanginya dengan perasaan heran. Begitu selesai bercerita tentang pesawat terbang, ia langsung bercerita tentang kota Dammam dan perjalanan ke sana dari awal sampai akhir. Juga tentang laut yang baru pertama kali dilihatnya sepanjang hidupnya. Dan juga tentang jalan yang panjang dan indah antara Riyadh dan Dammam saat ia berangkat. Sedangkan saat pulang ia naik pesawat terbang. Pesawat terbang yang tidak akan pernah ia lupakan unuk selama-lamanya.
Ia bercerita sambil tercengang. Seolah-olah ia baru datang dari planet lain. Tercengang, terkesima, dan berbinar-binar. Sementara suaminya memandanginya dengan perasaan heran.
Ia berlutut seperti bocah kecil yang melihat kota-kota hiburan terbesar untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Ia mulai bercerita kepada suaminya dengan mata yang berbinar penuh ketakjuban dan kebahagiaan. Ia melihat jalan raya, pusat perbelanjaan, manusia, batu, pasir, dan restoran. Juga bagaimana laut berombak dan berbuih bagaikan onta yang berjalan. Dan bagaimana ia meletakkan kedua tangannya di air laut dan ia pun mencicipinya. Ternyata asin… asin. Pun, ia bercerita bagaimana laut tampak hitam di siang hari dan tampak biru di malam hari.
“Aku melihat ikan, Khalid! Aku melihatnya dengan mata kepalaku. Aku mendekat ke pantai. Adikku menangkap seekor ikan untukku, tapi aku kasihan padanya dan kulepaskan lagi ke air.
Ikan itu kecil dan lemah. Aku kasihan pada ibunya dan juga padanya. Seandainya aku tidak malu, Khalid, pasti aku membangun rumah-rumahan di tepi laut itu. Aku melihat anak-anak membangun rumah-rumahan di sana. Oh ya, aku lupa, Khalid!” ia langsung bangkit, lalu mengambil tasnya, dan membukanya. Ia mengeluarkan sebotol parfum dan memberikannya kepada sang suami. Ia merasa seolah-olah sedang memberikan dunia. Ia berkata, “Ini hadiah untukmu dariku. Aku juga membawakanmu sandal untuk kau pakai di kamar mandi.”
Ia mengeluarkan sebotol parfum dan memberikannya kepada sang suami. Ia merasa seolah-olah sedang memberikan dunia.
Air mata hampir menetes dari mata Khalid untuk pertama kali. Untuk pertama kalinya dalam hubungannya dengan Sarah dan perkawinannya dengan sang istri. Ia sudah berkeliling dunia tapi tidak pernah sekalipun memberikan hadiah kepada sang istri. Ia sudah naik sebagian besar maskapai penerbangan di dunia, tapi tidak pernah sekalipun mengajak sang istri pergi bersamanya. Karena, ia mengira bahwa wanita itu bodoh dan buta huruf. Apa perlunya melihat dunia dan bepergian? Mengapa ia harus mengajaknya pergi bersama?
Ia lupa bahwa wanita itu adalah manusia. Manusia dari awal sampai akhir. Dan kemanusiaannya sekarang tengah bersinar di hadapannya dan bergejolak di dalam hatinya. Ia melihat istrinya membawakan hadiah untuknya dan tidak melupakannya. Betapa besarnya perbedaan antara uang yang ia berikan kepada istrinya saat ia berangkat bepergian atau pulang dengan hadiah yang diberikan sang istri kepadanya dalam perjalanan satu-satunya dan yatim yang dilakukan sang istri. Bagi Khalid, sandal pemberian sang istri itu setara dengan semua uang yang pernah ia berikan kepadanya. Karena uang dari suami adalah kewajiban, sedangkan hadiah adalah sesuatu yang lain. Ia merasakan kesedihan tengah meremas hatinya sambil melihat wanita yang penyabar itu. Wanita yang selalu mencuci bajunya, menyiapkan piringnya, melahirkan anak-anaknya, mendampingi hidupnya dan tidak tidur saat ia sakit. Wanita itu seolah-olah baru pertama kali melihat dunia. Tidak pernah terlintas di benak wanita itu untuk mengatakan kepadanya, “Ajaklah aku pergi bersamamu!” Atau bahkan, “Mengapa ia tidak pernah bepergian?” Karena ia adalah wanita miskin yang melihat suaminya di atas, karena pendidikannya, wawasannya, dan kedermawanannya. Tapi ternyata bagi Khalid, semua itu kini menjadi hampa, tanpa rasa dan tanpa hati. Ia merasa bahwa dirinya telah memenjara seorang wanita yang tidak berdosa selama 20 tahun yang hari-harinya berjalan monoton.
Ia merasakan kesedihan tengah meremas hatinya sambil melihat wanita yang penyabar itu. Wanita yang selalu mencuci bajunya, menyiapkan piringnya, melahirkan anak-anaknya, mendampingi hidupnya dan tidak tidur saat ia sakit. Wanita itu seolah-olah baru pertama kali melihat dunia.
Kemudian, Khalid mengangkat tangannya ke matanya untuk menutupi air matanya yang nyaris tak tertahan. Dan ia mengucapkan satu kata kepada istrinya. Satu kata yang diucapkannya untuk pertama kalinya dalam hidupnya dan tidak pernah terbayang di dalam benaknya bahwa ia akan mengatakannya sampai kapan pun. Ia berkata kepada istrinya, “Aku mencintaimu.” Ia mengucapkannya dari lubuk hatinya.
Kedua tangan sang istri berhenti membolak-balik tas itu. Mulutnya pun berhenti bercerita. Ia merasa bahwa dirinya telah masuk ke dalam perjalanan lain yang lebih menakjubkan dan lebih nikmat daripada kota Dammam, laut, dan pesawat terbang. Yaitu, perjalanan cinta yang baru dimulai setelah 20 tahun menikah. Perjalanan yang dimulai dengan satu kata. Satu kata yang jujur. Ia pun menangis tersedu-sedu.
Sumber: “Malam Pertama, Setelah Itu Air Mata” karya Ahmad Salim Baduwailan, Penerbit eLBA via shalihah.com
Artikel www.kisahmuslim.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo